Rabu, 20 November 2013

memahami aksara jawa yang sulit

Terkadang kita memahami aksara Jawa sulit marilah kita Belajar memahami aksara jawa




Aksara Nglegéna

Terdapat 20 huruf dasar bernama aksara nglegéna  yang digunakan dalam bahasa Jawa modern, yaitu:
Aksara Nglegéna
ha na ca ra ka
/ɔ tʃɔ ɽɔ
Javanese ha.svg Javanese na.svg Javanese ca.svg Javanese ra.svg Javanese ka.svg
da ta sa wa la
ɭɔ
Javanese da.svg Javanese ta.svg Javanese sa.svg Javanese wa.svg Javanese la.svg
pa dha ja ya nya
ɖɔ dʒɔ ɲɔ
Javanese pa.svg Javanese dha.svg Javanese ja.svg Javanese ya.svg Javanese nya.svg
ma ga ba tha nga
ʈɔ ŋɔ
Javanese ma.svg Javanese ga.svg Javanese ba.svg Javanese tha.svg Javanese nga.svg
  • Huruf 'ha' juga dapat dibaca sebagai 'a'.

Aksara Murda

Aksara murda atau aksara gedé digunakan seperti halnya huruf kapital dalam tulisan latin, kecuali untuk menandakan awal suatu kalimat. Murda digunakan pada huruf pertama suatu nama, umumnya nama tempat atau orang yang dihormati. Tidak semua aksara mempunyai bentuk murda, dan apabila huruf pertama suatu nama tidak memiliki bentuk murda, huruf kedua yang menggunakan murda. Apabila huruf kedua juga tidak memiliki bentuk murda, maka huruf ketiga yang menggunakan murda, begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati dapat ditulis seluruhnya dengan murda apabila memungkinkan.
Perlu diperhatikan bahwa huruf ca murda tidak lazim digunakan. Bentuk pastinya tidak diketahui karena umumnya hanya bentuk pasangannya yang diapakai.
Aksara Murda
na ca ka ta sa pa nya ga ba
Jawa Na Murda.png Jawa Ca Murda.png Jawa Ka Murda.png Jawa Ta Murda.png Jawa Sa Murda.png Jawa Pa Murda.png Jawa Nya Murda.png Jawa Ga Murda.png Jawa Ba Murda.png

Pasangan

Untuk menulis suatu konsonan murni, tanda baca pangkon digunakan untuk menekan vokal huruf dasar. Namun pangkon hanya boleh dipakai di akhir kalimat, dan apabila konsonan terjadi di tengah kalimat, huruf pasangan (ꦥꦱꦔꦤ꧀) digunakan.
Pasangan adalah huruf subskrip yang menghilangkan vokal inheren aksara tempat ia terpasang. Misal, apabila huruf na dipasangkan dengan pasangan da, maka akan dibaca nda. Setiap huruf mempunyai pasangannya masing-masing, dengan bentuk dan peletakan yang beragam.
Pasangan dapat diberi tanda baca, seperti halnya aksara dasar, dengan beberapa pengecualian pada penempatan. Tanda baca yang berada di atas dipasang pada aksara, sementara tanda baca yang berada di bawah dipasang pada pasangan. Tanda baca yang berada sebelum dan sesudah huruf dipasang segaris dengan aksara. Sebuah aksara hanya boleh dipasang dengan satu pasangan, dan pasangan dapat dipasang dengan sejumlah tanda baca. Dalam teks lama, pasangan wa dapat ditempelkan dengan pasangan lain sebagai pengecualian karena dianggap sebagai tanda baca.
Nglegéna Pasangan
ha na ca ra ka
Jawa Ha Pasangan.png Jawa Na Pasangan.png Jawa Ca Pasangan.png Jawa Ra Pasangan.png Jawa Ka Pasangan.png
da ta sa wa la
Jawa Da Pasangan.png Jawa Ta Pasangan.png Jawa Sa Pasangan.png Jawa Wa Pasangan.png Jawa La Pasangan.png
pa dha ja ya nya
Jawa Pa Pasangan.png Jawa Dha Pasangan.png Jawa Ja Pasangan.png Jawa Ya Pasangan.png Jawa Nya Pasangan.png
ma ga ba tha nga
Jawa Ma Pasangan.png Jawa Ga Pasangan.png Jawa Ba Pasangan.png Jawa Tha Pasangan.png Jawa Nga Pasangan.png
Murda Pasangan
na ca ka ta sa pa nya ga ba
Jawa Na Murda Pasangan.png Jawa Ca Murda Pasangan.png Jawa Ka Murda Pasangan.png Jawa Ta Murda Pasangan.png Jawa Sa Murda Pasangan.png Jawa Pa Murda Pasangan.png Jawa Nya Murda Pasangan.png Jawa Ga Murda Pasangan.png Jawa Ba Murda Pasangan.png

Aksara Swara

Vokal murni umumnya ditulis dengan huruf ha (yang dapat merepresentasikan konsonan kosong) dengan tanda baca yang sesuai. Selain cara tersebut, terdapat juga huruf yang merepresentasikan vokal murni bernama aksara swara yang digunakan untuk menandakan sebuah nama, seperti halnya huruf murda. Sebagai contoh, kata sifat "ayu" ditulis dengan huruf ha. Namun untuk menulis seseorang yang bernama "Ayu", aksara swara digunakan. Swara juga digunakan untuk mengeja kata bahasa asing. Unsur Argon semisal, ditulis dengan swara.
Aksara swara
a i u é o
Jawa A.png Jawa I.png Jawa U.png Jawa E.png Jawa O.png
a/ɔ i u e/ɛ o

Tanda baca

Tanda baca disebut sandhangan  Fungsi utama sandhangan adalah untuk mengubah vokal huruf dasar. Selain itu, sandhangan juga memiliki sejumlah fungsi lain.

Vokal

Tanda baca vokal disebut sebagai sandhangan swara (), dan merupakan tanda baca yang paling umum. Terdapat lima sandhangan untuk bahasa Jawa modern. Tanda baca vokal tidak boleh digunakan lebih dari satu dalam sebuah aksara, dengan pengecualian tarung yang dapat digunakan dalam beberapa kombinasi terbatas, semisal taling-tarung. Terdapat pula kombinasi pepet-tarung, namun hanya digunakan dalam transkripsi bahasa Sunda. Sebuah tarung tunggal juga dapat merepresentasikan -a panjang (/aː/), namun vokal tersebut hanya digunakan dalam bahasa Jawa Kuno. Tanda baca vokal dapat digunakan bersama tanda baca konsonan.
Dalam teks tertentu, wulu dan pepet hanya dibedakan dari ukurannya; wulu lebih kecil dan pepet lebih besar. Namun perbedaan ukuran ini kadang kurang kentara dalam tulisan tangan atau teks kaligrafik.
Sandhangan swara
a i u e é o
- Wulu Suku Pepet Taling Taling-tarung
Inherent vowel a.png Diacritic Wulu.png Jawa Suku.png Jawa Pepet.png Jawa Taling.png Jawa Taling Tarung.png
ꦏꦶ ꦏꦸ ꦏꦼ ꦏꦺ ꦏꦺꦴ
ka/kɔ ki ku ke/kɛ ko

Konsonan

Terdapat dua jenis tanda baca konsonan, tanda baca pengakhir (sandhangan panyigeging wanda, dan tanda baca penyisip (sandhangan wyanjana, . Pangkon memiliki fungsi yang sama seperti halnya virama dalam aksara Brahmi lainnya, yakni untuk menghilangkan vokal suatu huruf dasar untuk membentuk konsonan akhir. Namun beberapa konsonan akhir mempunyai tanda baca khusus, dimana dalam kasus tersebut pangkon tidak boleh digunakan. Misal, konsonan akhir -r ditulis dengan layar, tidak boleh dengan ra dan pangkon. Seperti halnya tanda baca vokal, tanda baca konsonan tidak boleh digunakan lebih dari satu dalam satu huruf, namun boleh digunakan bersama dengan tanda baca vokal.
Sandhangan panyigeging wanda
Panyangga Cecak Wignyan Layar Pangkon

Diacritic Cecak.png Diacritic Wignyan.png Diacritic Layar.png Jawa Pangkon.png
kaṃ kang kah kar -k





  • Panyangga umumnya hanya digunakan untuk simbol suci Om.
Sandhangan wyanjana
Cakra Keret Pengkal
Diacritic Cakra.png Diacritic Keret.png Jawa Pengkal.png
kra kre kya



  • Cakra mempunyai dua bentuk, inisial dan ligatura yang ditunjukkan pada contoh diatas. Bentuk kedua lebih sering digunakan.
  • Keret tidak dapat dipasangkan dengan tanda baca vokal karena telah memiliki vokal /ə/.

Karakter Tambahan

Aksara Mahaprana

Mahaprana, secara harfiah berarti "dibaca dengan nafas berat", adalah huruf yang awalnya merepresentasikan bunyi teraspirasi yang digunakan dalam bahasa Jawa Kuno dan terjemahan Sansekerta, namun sekarang tidak lagi dipakai. Karena jarang digunakan dan tidak terdefinisi dengan baik, huruf mahaprana sangatlah langka. Terkadang, mahaprana dikategorikan sebagai murda, baik secara sengaja ataupun karena kesalahpahaman.[11]
Aksara Mahaprana
dha sa ja tha
Jawa Dha Mahaprana Pasangan.png Jawa Sa Mahaprana.png Jawa Ja Mahaprana.png Jawa Tha Mahaprana.png
Jawa Dha Mahaprana Pasangan2.png Jawa Sa Mahaprana Pasangan.png Jawa Ja Mahaprana Pasangan.png Jawa Tha Mahaprana Pasangan.png

Aksara lain-lain

Pa cerek dan nga lelet awalnya adalah konsonan-vokalik /r̥/ dan /l̥/ yang muncul pada perkembangan awal aksara Jawa karena pengaruh bahasa Sansekerta. Ortografi kontemporer menggunakan keduanya sebagai aksara ganten atau "aksara pengganti", yaitu huruf dengan vokal /ə/ yang menggantikan setiap kombinasi ra+pepet dan la+pepet. Karena sudah memiliki vokal tetap, kedua huruf tersebut tidak dapat dipasangkan dengan tanda baca vokal. Keduanya juga memiliki bentuk pasangan.
Secara historis, ra agung digunakan untuk menulis nama orang yang dihormati, seperti halnya huruf murda. Namun, huruf itu sendiri tidak dikategorikan sebagai murda dan tidak memiliki akar Kawi ataupun Pallawa.
pa cerek nga lelet ra agung
Jawa Pa Cerek.png Jawa Nga Lelet.png Jawa Ra Agung.png
Jawa Pa Cerek Pasangan.png Jawa Nga Lelet Pasangan.png Jawa Ra Agung Pasangan.png
ra

Penulisan asing

Kebanyakan bunyi yang asing dalam bahasa Jawa ditulis dengan tanda baca cecak telu diatas huruf yang bunyinya mendekati.[3] Huruf semacam itu disebut sebagai rekan atau rekaan, yang diklasifikan berdasarkan bahasa asalnya. Rekan paling umum berasal dari bahasa Arab dan bahasa Belanda. Terdapat pula dua jenis rekan lainnya yang digunakan untuk menulis bahasa Sunda dan kata serapan bahasa Cina.
Rekan Latin
fa qa va za
Rekan fa.png Rekan Ka Sasak.png Rekan va.png Rekan za.png
Rekan Arab
tsa ḥa kha dza za ṣa ḍa ṭa ẓa a' gha fa qa
Rekan tsa.png Rekan ha.png Rekan kha.png Rekan dza.png Rekan za.png Rekan sho.png Rekan dho.png Rekan tho.png Rekan zho.png Rekan a'.png Rekan gho.png Rekan fa.png Rekan Ka Sasak.png
θa ħa xa ða za sˤa ðˤa tˤa dˤa ʔ ɣa fa qa
Rekan Sunda
nya reu leu
Sundanese nya.png Jawa Pa Cerek Tarung.png Jawa Nga Lelet Dirga.png
ɳa
Rekan Cina
the se nie hwe yo syo
Rekan the.png Rekan se.png Rekan nie.png Rekan hwe.png Rekan yo.png Rekan syo.png

Vokal tambahan

Huruf vokal tambahan
aa ii uu ai au
Jawa Aa.png Jawa Ii.png Jawa Uu.png Jawa Ai.png Jawa Au.png
ai au
Tanda baca vokal tambahan
aa ii uu ai au eu
Tarung Wulu melik Suku mendut Dirga muré Dirga muré-tarung Pepet-tarung
Diacritic tarung.png Diacritic wulu melik.png Diacritic suku mendut.png Diacritic dirga mure.png Diacritic dirga mure-tarung.png Diacritic pepet-tarung.png
ꦏꦴ ꦏꦷ ꦏꦹ ꦏꦻ ꦏꦻꦴ ꦏꦼꦴ
kaː kiː kuː kai kau

Angka

Sistem angka Jawa mempunyai numeralnya sendiri, yang hanya terdiri dari angka 0–9 sebagai berikut:
Angka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
siji loro telu papat lima enem pitu wolu sanga nol
Jawa 1.png Jawa Nga Lelet.png Jawa 3.png Jawa 4.png Jawa 5.png Jawa E.png Jawa 7.png Jawa Pa Murda.png Jawa Ya.png Jawa 0.png
























































6 komentar:

  1. Bedanya pepet dengan pa cerek atau nga lelet itu apa sii om? Saya kebetulan bukan wong jowo, ning pengen biso nulis jowo.. mentok di bab satu itu.. apa sense nya yang beda ketika ngucap 'lelaki' atau 'remuk redam' dsb? Apa yang membedakan dari kata2 tsb sehingga kita bisa menentukan mesti di Pepet atau harus di Pa Cerek atau Nga Lelet.. mohon pencerahannya om? Atau gini ajja.. kalo bisa, tulisen wae, kata apa ajja yang mesti pake Pa Cerek dan Nga Lelet sebanyak mungkin om.. Mugia Rahayu Sagung Dumadi (Y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pa cerek itu karakter 'pa' diberi ekor, bacanya re seperti remaja. Ini istimewa karena mengandung falsafah 'ra' rasa, yang tidak boleh ditutupi (pepet=tutup) harus diungkapkan. Nga lelet itu karakter juga karakter istimewa karena dari 'lawang' berarti pintu yang tidak boleh tertutup (diberi pepet) harus bisa dibuka karena demikianlah fungsi pintu. Keduanya untuk pemakaian umum 're' seperti 'remaja' dan 'le'seperti 'lemah'. Kalau ada kurangnya dalam penjelasan ini mohon bimbingannya.

      Hapus
  2. om.. om.. Bedanya pepet dengan pa cerek atau nga lelet itu apa sii om? Saya kebetulan bukan wong jowo, ning pengen biso nulis jowo.. mentok di bab satu itu.. apa sense nya yang beda ketika ngucap 'lelaki' atau 'remuk redam' dsb? Apa yang membedakan dari kata2 tsb sehingga kita bisa menentukan mesti di Pepet atau harus di Pa Cerek atau Nga Lelet.. mohon pencerahannya om? Atau gini ajja.. kalo bisa, tulisen wae, kata apa ajja yang mesti pake Pa Cerek dan Nga Lelet sebanyak mungkin om.. Mugia Rahayu Sagung Dumadi (Y)

    pada sampel di atas.. bagaimana cara akang ngebedain antara kata Glepung, Bareng, Lemu, Kreteg dsb itu mesti di Pepet atau di Pa Cerek dan Nga Lelet??? Atau orang Jawa punya sense yang beda terhadap kata2 tersebut? Wahh kalu itu masalahnya, lalu gimana dengan yang bukan wong jowo kang mas, gmn cara kami membedakan mana yang mesti Pepet, mana yng mesti Pa Cerek dan Nga Lelet..?!?!? (Iki seriusan iki ndoro) (Y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo pepet itu bisa dipake untuk semua huruf, tapi klo pa cerek dibacanya rè seperti ra dikasih pepet. klo penggunaan sepengetahuan saya lebih menggunakan pa cerek dan nga lelet daripada ra di pepet dan la di pepet

      Hapus
  3. Aksara ganten itu bagaimana?

    BalasHapus